Ramadhan adalah bulan yang menawan, lebih baik dari seribu bulan, menjadi momentum untuk berlatih menepis kemarahan, menjaga lisan, berkata dan berlaku dengan penuh kejujuran, saling memaafkan, dan meningkatkan kebersamaan.
Ramadhan adalah bulan yang agung, dimana sejarah mencatat bahwa Al-Qur’an turun dibulan ini sehingga harusnya membuat kita semakin merenung. Beragam peperangan memperoleh gemilang kemenangan juga dibulan ini sehingga harusnya memantik semangat kita untuk menghiasi Ramadhan ini dengan keceriaan dan aktivitas yang positif agar tidak terpasung dalam murung dan bingung.
Ramadhan adalah bulan yang nikmat, karena amal kebaikan disetiap saat, di setiap tempat akan tercatat dan mendapat pahala yang berlipat-lipat. Sungguh dahsyat!
Ramadhan adalah bulan yang itimewa, bulan tarbiyah luar biasa, bulan yang mendidik kita menjadi pribadi taqwa, dan bulan pengampunan dosa-dosa bagi siapa saja yang bertaubat sepenuh jiwa.
Ramadhan adalah bulan yang suci, bulan penjagaan bagi setiap pribadi sebagai ladang peningkatan kualitas ruhani dan jasmani termasuk peningkatan romantisme kehidupan rumah tangganya yang penuh harmoni.
Kapal yang terus berlayar bisa aus, berlubang, dan mungkin karam bila tak dirawat. Pun demikian dengan kehidupan rumah tangga. Keharmonisan rumah tangga ibarat usaha yang mengalami pasang surut. Kehidupan rumah tangga kadang terasa sangat harmonis pada satu waktu, namun berada pada titik terendah diwaktu yang lain.
Kebersamaan dan kehangatan rumah tangga bisa terkikis seiring dengan berjalannya waktu. Ramadhan merupakan momentum untuk membuat hubungan dengan pasangan semakin romantis. Mari kita manfaatkan momentum tersebut sebaik-baiknya, agar selepas Ramadhan, rumah tangga akan semakin harmonis.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang kemesraan selama Ramadhan, ada sebuah hadits yang perlu kita renungkan terlebih dahulu. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW. bersabda ketika Ramadhan datang menjelang: “Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya).”(HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaki)
Saat Ramadhan, dimana banyak rangkaian program ibadah yang cukup ketat disyariatkan, disitulah suami-istri dituntut untuk lebih kreatif agar tetap mesra dan terus mendulang pahala dibulan mulia. Hmm, apa saja ya peluang-peluang kemesraan yang ada dalam bulan mulia ini? Simak yuk beberapa aktivitas romantis nan mesra berikut ini:
1. Romantis Saat Sahur
Keheningan sebelum fajar pasti menggoda setiap insan untuk lebih mesra. Waktu sahur ini hati kita terasa begitu lapang. Beban pikiran belum terlalu banyak berhamburan di kepala kita. Selain itu, ada keberkahan yang sudah seharusnya kita dapatkan dengan sahur bersama. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: “Bersahurlah kalian, sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Di waktu sahur inilah menjadi saat yang tepat untuk mendulang kemesraan. Berikut beberapa aktivitas romantis di saat sahur:
a. Saling membangunkan pasangan untuk sahur atau qiyamul lail. Cara membangunkan pasangan pun bisa membuat aktivitas ini dipenuhi romantisme. Misal, dengan mengecup kening pasangan, membangunkan dengan sentuhan mesra dan panggilan sayang, membelainya manja, dan lain-lain.
b. Munajat pada sepertiga malam terakhir selalu saja menghadirkan ketenangan yang luar biasa. Jika dilakukan berdua tentunya akan menambah suasana sepertiga malam itu semakin bermakna. Apalagi jika dibumbui dengan doa-doa yang mewakili impian-impian suami-istri tersebut.
c. Menyiapkan hidangan sahur bersama-sama. Memasak kemudian menyantapnya berdua pun akan menghadirkan keakraban yang berbeda dari biasanya.
2. Romantis Saat Berbuka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka (buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka.” (HR. Bukhori & Muslim).
Dari Sahl bin Sa’d, Rasulullah bersabda : “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka.” ( HR Bukhori dan Muslim)
Di antara kegembiraan dan keberkahan itulah, tercipta sebuah nuansa kemesraan yang baru. Seperti apa itu?
a. Menyiapkan makanan berbuka secara bersama.
b. Berbuka dengan satu suapan kurma dari tangan pasangan.
c. Berbuka dengan ciuman mesra atau pelukan hangat sebelum menikmati hidangan.
d. Minum segelas berdua, meski hanya air putih, akan menambah romantisme suasana berbuka puasa
e. Saling sharing rasa syukur atas indahnya aktivitas hari itu, setelah makan hidangan berbuka puasa bersama
f. Berbuka puasa dengan hanya menggunakan lilin-lilin sebagai penerang di meja makan (candlelight dinner)
Jangan lupa untuk mengawali semua aktivitas romantis itu dengan doa. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak akan tertolak.” (HR. Ibnu Majah)
3. Romantis dalam Bait-Bait Doa
Rasulullah bersabda: Ada tiga orang yang tidak tertolak doa mereka : “Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terdzalimi.” (HR. Tirmidzi)
Suami istri juga berhak punya doa-doa khusus yang lebih mesra jika diungkapkan bersama. Tentang harapan datangnya buah hati, harapan tumbuh shalih dan sehatnya sang buah hati, harapan tercurahnya rizki, harapan cinta sekaligus pertemuan abadi di akhirat nanti. Berdoalah dengan semangat. Hindari keraguan dan jauhi kemalasan. Berdoalah dengan penuh harapan! Sesungguhnya dalam doa ada motivasi untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya.
Berdoalah, karena Allah SWT begitu dekat dan mengetahui setiap yang terlintas dalam hati dan benak kita. Allah SWT berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadaku tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)
4. Romantis Saat Tarawih
Sholat malam di bulan Ramadhan yang disebut dengan shalat tarawih, adalah salah satu peluang penghapus dosa-dosa kita sebelumnya. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Barang siapa yang mendirikan (sholat) Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan, akan Allah akan mengampuni dosa-dosanya terdahulu.” (HR Ahmad dan Ashabu Sunan)
Kemesraan saat tarawih dapat ditunjukkan dengan :
a. Berangkat berdua (berboncengan mesra) saat ‘tarawih keliling’ dari satu masjid ke masjid yang lain atau saat berjalan kaki ke masjid dekat rumah.
b. Romantis meski sholat tarawih berjamaah di rumah. Istri selalu bangga jika berjalan berduaan dengan suaminya. Begitu pula sholat, ada kemesraan yang tercipta saat suami tercinta menjadi imam sholatnya. Kebanggaan untuk menjadi makmum bagi sang kepala rumah tangganya. Kemesraan dan kebanggaan ini akan berpadu menjadi sebuah kenangan.
5. Romantis Saat Tadarus Al-Quran
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Bulan yang menuntut kita semua untuk lebih dekat pada Al-Quran, memenuhi kewajiban-kewajiban kita terhadap Al-Qur’an mulai dari membaca, menghafal, mentadabburi dan lebih-lebih mengamalkan dan mengajarkan (mendakwahkan) isi kandungan Al-Quran.
Kerja-kerja semacam ini membutuhkan kesungguhan dan semangat yang berlebih. Apalagi saat terik mentari membakar dan raga dipenuhi letih. Nyaris Al-Quran menjadi jarang tersentuh. Maka disinilah peluang baru tercipta. Kesempatan emas untuk mendulang pahala sekaligus meraih mesra.
Setiap pasangan tampil untuk menyemangati yang lainnya. Saling mengingatkan tentang sebuah keutamaan. Bahwa Ramadhan begitu mahal untuk terlewatkan begitu saja. Mulailah dengan tadarus. Tilawah bersama secara bergantian sebulan penuh. Target khatam sekali sebulan akan menjadi lebih ringan Insya Allah. Kemudian bisa juga dengan saling mengecek hafalan masing-masing. Hmm, asyik apa asyik banget?
6. Romantis di Malam Ramadhan
Puasa tidak lantas menutup semua celah bagi suami istri untuk saling berbagi rindu. Ada malam-malam Ramadhan yang bisa menjadi saksi mesra dan gairah antara suami istri. Ini bukan sekedar halal namun juga sebuah pengakuan. Pengakuan atas sisi kemanusiaan kita yaitu nafsu. Sebuah ayat menyatakan dengan penuh sindiran tentang hal ini.
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.“ (QS. Al-Baqarah : 187)
Malam Ramadhan bukan berarti menjauh dari istri atas nama kekhusyukan. Jadikan malam Ramadhan penuh kenangan yang beragam. Kenangan dalam ibadah juga kenangan dalam berlabuh mesra bersama pasangan. Tinggal pandai-pandai memanajemen waktu yang ada. Antara habis tarawih dan sebelum sahur. Agar di siang hari syahwat kita tidak terlunta-lunta.
Serangkaian kemesraan pada malam hari Ramadhan begitu indah digambarkan: suami istri menjadi pakaian bagi yang lainnya. Bahasa sederhananya adalah saling menutupi, saling melindungi, dan akhirnya saling memberi ketenangan. Puncak aktifitas mesra pada malam Ramadhan –tentu saja – adalah jima’. Halal.
7. Romantis Mencium Pasangan Saat Berpuasa
Dari Aisyah ra, ia berkata : “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammencium dan memeluk (istrinya) padahal beliau sedang berpuasa dan beliau adalah orang yang paling dapat mengendalikan nafsu seksualnya diantara kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ternyata siang hari Ramadhan tidak selalu diliputi kehausan. Bagi setiap pasangan yang romantis, waktu apapun akan dijadikan ladang pahala mesra. Apalagi jika Rasulullah telah mencontohkan. Seolah mengisyaratkan bahwa beliau sangat paham, bahwa ada sebagian umatnya yang juga tetap romantis di saat puasa.
Mencium mesra saat dahaga melanda bagai guyuran air hujan yang sejuk dari langit sana. Mencium mesra saat puasa memang membutuhkan manajemen potensi syahwat yang ketat dan luar biasa. Sekali saja tergelincir penyesalan menjadi tiada guna. Karenanya, berlatihlah mencium untuk menghias mesra saja, tanpa perlu syahwat ikut bergelora. Ciuman sayang, ciuman kasih, banyak yang bisa kita lakukan selain ciuman syahwati. Seperti ketika sang suami pulang dan mendapati istrinya tidur. Lalu ia mencium kening istrinya dengan pelan agar tak terbangun. Inilah ciuman mesra yang penuh kasih. Tak ada campur tangan syahwat dan gairah.
Jika ingin lebih dari sekedar mencium, pastikan bahwa rambu-rambu batasan telah jelas terpancang. Pastikan pula bahwa agenda ibadah dan kekhusyukan jangan sampai hilang tanpa kesan. Jika mau bersabar, setelah maghrib episode mesra akan lebih berkesan, insya Allah.
8. Romantis Saat I’tikaf
I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri di dalam masjid, memenuhi waktu-waktunya untuk beribadah, semakin mendekatkan diri kepada Allah. Dilihat dari artinya, maka i'tikaf seolah tidak menyisakan celah bagi kita untuk romantis. Apalagi isyarat ini dikuatkan dengan antisipasi awal dalam Al Quran, dimana Allah berfirman: “Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.” (QS. Al-Baqarah : 187)
Uniknya, dalam siroh yang indah mencatat banyak hal romantis yang dilakukan Rasulullah bersama istri-istri beliau, sekalipun dalam masa itikaf. Dari Aisyah ra, ia berkata: “Adalah Rasulullah ketika sedang beri’tikaf, beliau menjulurkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir (rambut)nya, dan beliau tidak masuk ke rumah kecuali untuk sebuah keperluan.” (HR. Bukhari, Muwatha’, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)
Dari Shafiyyah binti Huyay, Ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan i’tikaf, pada suatu malam aku datang mengunjunginya, lalu saya berbicara dengan beliau, kemudian saya berdiri untuk pulang. Beliau pun berdiri bersamaku untuk mengantarkan aku pulang, sedangkan tempat tinggalnya saat itu di kampung Usamah bin Zaid.” (HR Bukhari dan Muslim dan Abu Daud)
Hmm…, romantisnya ketika sedang i’tikaf, bisa melakukan hal-hal berikut:
a. Sang istri datang dan ikut merawat suaminya. Membersihkan wajah, menata rambut atau sekedar menyemprotkan minyak wangi misalnya. Dengan catatan, aktivitas tersebut dilakukan pada tempat yang tidak membuat pandangan peserta i’tikaf lainnya terlena meski sebentar.
b. Menyiapkan logistik sang suami saat i’tikaf. Pastikan dia yang tercinta tak kelaparan saat tak bermalam dengannya. Makanan kesukaannya pasti sudah sama-sama hafal diluar kepala, apalagi saat ditambah bumbu rindu, maka semoga ini menambah semangat sang suami dan kekuatannya dalam memburu kemuliaan seribu bulan.
c. Suami mengantar istri pulang ke rumah sambil bergandengan tangan. Langkah-langkahnya bisa berubah menjadi investasi pahala yang tak kalah menarik dengan aktifitasnya di dalam masjid.
Ramadhan jadikanlah sebagai bulan yang penuh kenangan bersama pasangan. Jadikan setiap waktunya sebagai momentum yang indah bernilai ibadah, serta tetap elegan dalam meningkatkan kemesraan. Senantiasa totalitas dalam ibadah dan bermuamalah, terus optimis dalam meraih gelar taqwa dan guyuran pahala, bisa menciptakan hubungan yang semakin romantis dengan pasangan, Insya Allah akan semakin bermakna-lah Ramadhan kali ini.
Penulis: Aisya Avicenna & Keisya Avicenna
Editing: muslimfamilia
0 comments:
Post a Comment