Karakter dasar seseorang terbentuk sejak ia masih kecil. Karenanya, sangat penting untuk mengawasi tumbuh-kembang anak. Jangan sampai mereka mengalami trauma dan salah pengasuhan yang membuatnya memiliki karakter kurang terpuji.
Beberapa hal yang biasanya dilakukan orang tua adalah dengan mengajari mereka tata-krama, menjaga kebersihan, menggunakan anggota tubuhnya dengan baik, dan cara berbicara. Tapi, sudah pernahkah mengajarkan pada anak untuk melatih mentalnya?
Melatih mental anak juga sangat penting untuk perkembangannya menuju masa remaja dan kemudian dewasa. Memang butuh kesabaran dan waktu yang lama. Tapi lebih baik menghabiskan waktu mendidik anak saat mereka masih kecil, sehingga mereka lebih cepat mengerti dan bersikap baik saat remaja bahkan dewasa, daripada menunggu mereka besar, karena itu justru akan memakan waktu lebih lama lagi.
Berikut ini 5 cara untuk melatih mental anak sejak dini :
1. Membangun kepercayaan diri
Untuk anak yang sudah mulai bersekolah, tekanannya cenderung meningkat. Dia dituntut untuk bisa bersikap dan bergaul dengan lebih baik lagi. Namun, tak jarang anak-anak mengalami kekerasan verbal di sekolah yang berakibat mentalnya down. Misalnya ketika ia diejek oleh teman-teman sekelas. Untuk itu, diperlukan stimulus untuk membangkitkan kepercayaan diri mereka.
Di sini, orang tua seharusnya sudah mulai melakukan komunikasi dua arah dan pemberian pujian secara berkala. Tidak hanya memuji hasil, tetapi juga proses. Misalnya ketika anak tidak bisa melawan temannya, kita tetap harus memuji kesabaran yang ia miliki. Begitu juga ketika nilainya jelek, tetaplah memuji kerja kerasnya dalam belajar.
2. Mengetahui perasaan anak
Pengetahuan orang tua tentang apa yang dirasakan oleh anak sangatlah penting. Karenanya, komunikasi dua arah mutlak diperlukan untuk mengetahui seperti apa perasaan dan pemikiran si anak. Dengan mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan, orang tua akan lebih cepat tahu tindakan apa yang seharusnya diambil. Komunikasi yang baik (tanpa menyudutkan si anak) juga akan membuat mereka nyaman dan terbuka pada orang tuanya, sehingga mengurangi resiko hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Menjadi pendengar yang baik
Dengan belajar mendengarkan kebutuhan mereka, anak akan merasa didengar dan dihargai. Ia pun jadi terbuka dalam menceritakan semua masalah, lingkungan pergaulan, guru, tugas sekolah, dan berbagai hal kecil lainnya. Dengan demikian, orang tua bisa tahu pasti apa yang dibutuhkan oleh anak dan mampu mengarahkan mereka untuk mengambil keputusan serta sikap yang tepat.
4. Mengungkapkan kemarahan dengan benar
Banyak orang tua yang ingin bersikap tegas pada anaknya lalu memarahi mereka saat mereka melakukan kesalahan. Ternyata, hal tersebut malah berakhir dengan rasa sakit hati si anak yang ujung-ujungnya malah membuat mereka dongkol dan bahkan membenci orang tuanya. Sebelum marah, orang tua seharusnya paham betul kesalahan apa yang dilakukan dan apa penyebabnya.
Lagi-lagi kuncinya adalah berbicara dan mendengarkan dengan baik, sebelum menentukan akan di-disiplinkan atau tidak. Bisa saja, anak melakukan kesalahan karena orang tua kurang pengawasan, sering bersikap kasar, dan mengeluarkan pernyataan yang melukai hati si anak. Di sini, introspeksi orang tua juga penting dilakukan.
5. Menetapkan aturan yang konsisten
Salah satu anak akan merasa iri tatkala ia melihat bahwa saudaranya diperlakukan dengan lebih baik oleh orang tua. Misalnya saat jam bermain, si kakak menggunakan Play Station lebih lama. Kemudian ketika jam bermain habis, si adik belum mendapat kesempatan untuk bermain. Orang tua juga terkadang tidak bisa menepati peraturan yang dibuatnya sendiri. Untuk itu, konsistensi dan komitmen pada peraturan yang dibuat perlu diperketat lagi oleh orang tua. Berikan aturan, hukuman, dan perlakuan yang sama, agar anak-anak percaya pada kedua orang tuanya.
Semoga tips di atas bisa membantu anak tumbuh dengan baik dan tentu menjadikan orang tua sebagai tempat yang nyaman dan aman dalam membantu mereka menyelesaikan masalah. (Tinny Muljani/arthinkle)
0 comments:
Post a Comment