latest Post

Istri Butuh Perhatian, Suami Butuh Kepercayaan (2)

Istri butuh perhatian suami butuh kepercayaan


TIAP INDIVIDU BERBEDA

Henny juga meminta agar kita tak terlalu terpaku bahwa pria dan wanita haruslah seperti yang digambarkan oleh teori John Gray tersebut, sehingga mengharapkan dari pasangannya juga demikian. Sebab, terangnya, "manusia itu sangat individual. Tiap manusia pasti punya sisi feminin dan maskulinnya, hanya kadarnya yang berbeda."

Dengan kata lain, wanita yang satu belum tentu sama dengan wanita lain. Si A mungkin akan merasa senang bila suaminya mengucapkan, "Aku cinta padamu," setiap hari. Tapi si B mungkin malah tak suka dan merasa risih jika diperlakukan demikian. Begitu pula dengan pria, berbeda satu sama lain. "Tak semua pria itu tegar sehingga ia harus di-back up dengan dihargai, diberikan penguatan, serta penghormatan demi untuk mempertahankan ketegarannya itu."

Memang, diakui Henny, banyak pria dan wanita mempunyai stereotip seperti yang digambarkan oleh John Gray. Hal ini ada kaitannya dengan budaya. "Sejak kecil kita sudah diajarkan bahwa pria itu seperti apa dan harus diperlakukan bagaimana oleh wanita. Begitu juga sebaliknya. Sehingga saat kita dewasa, kita berharap orang akan memperlakukan kita seperti itu." Nah, kalau itu yang terjadi, bukan tak mungkin kita lantas berpikir, "Ah, dia sudah tahu, kok, maksud saya. Saya juga sudah tahu maksud dia." Sehingga dengan serta merta kita melakukan suatu yang kita anggap pasangan kita akan suka. "Padahal, kan, belum tentu sama." Akibatnya, terjadilah kesalahpahaman.

Jadi, meskipun ada stereotip tertentu tentang pria dan wanita, namun kita tetap harus melihat kembali pasangan kita sebagai individu yang berdiri sendiri. Apakah dia memang seperti gambaran stereotip tersebut atau hanya pada hal-hal tertentu ataukah dia malah sama sekali berada di luar stereotip tersebut. Apalagi dengan perubahan zaman tentunya tuntutan pria-wanita yang stereotip juga akan berubah. "Keadaan sekarang saja sudah jauh berbeda. Sekarang istri bisa bekerja di luar rumah dan suami bisa saja bekerja di dalam rumah."

Untuk itu, anjur Henny, pada saat kita bertemu seseorang, sebaiknya kita mengenali dia dengan lebih baik. "Juga harus ada toleransi bahwa manusia itu tak seperti yang saya duga selamanya. Bahwa saya mungkin mempunyai kriteria tentang pria atau wanita tersebut, tapi bisa jadi dia tak seperti itu. Nah, saya harus bisa menerima itu, karena manusia itu tak semuanya bagus dan baik, tapi juga tak semuanya jahat. Kita tak boleh menyamaratakan."

ADA KOMUNIKASI

Tentunya untuk wanita bisa mengenali si pria yang sebenarnya dan pria mengenali si wanita yang sebenarnya itu seperti apa diperlukan keterbukaan dari kedua belah pihak. Dengan kata lain, bila ada kebutuhan emosional yang berbeda, maka perlu dikomunikasikan. "Kita harus mau membicarakannya karena ini menyangkut masalah persepsi yang ada. Ada harapan, kebutuhan, dan persepsi yang berbeda. Sehingga kalau tak pernah diutarakan akan ada kesulitan besar untuk memahami," kata Henny.

Jadi, utarakanlah kepada pasangan apa sebenarnya yang kita inginkan dari dirinya. Kita pun harus menanyakan kepada pasangan, apa yang dia maui. Kemudian diskusikan bersama bagaimana caranya menyatukan persepsi yang berbeda itu.

Selain itu, tambah Henny, yang tak kalah pentingnya ialah menerima pasangan apa adanya. "Kalau kita mencintainya, maka kita harus mau menerima dia apa adanya. Jadi, enggak ada tuntutan. Apapun yang pasangan kita berikan, ya, cobalah kita terima dengan hati bahagia. Toh, ia sudah berusaha." Jangan lupa, tukasnya mengingatkan, yang namanya manusia itu pasti banyak human error-nya atau kekeliruannya. "Jadi, apapun yang dia berikan, kita terima saja dulu. Jangan lantas buru-buru mengkritik. Karena kalau itu yang terjadi, tidak akan beres suatu hubungan."

Lagipula, seperti dikemukakan John Gray, bisa jadi pasangan kita salah duga, "dia menganggap kita suka diperlakukan demikian." Untuk itulah kita harus memperbesar toleransi. "Kita terima dulu keadaan itu, kita hargai usaha dia. Selebihnya kalau kita merasa tak puas dan sepertinya layak untuk diubah, barulah kemudian kita bicarakan."

Komunikasi ini sangat penting, tandas Henny. Karena kalau tak pernah dibicarakan akan terjadi kesalahpahaman terus yang lalu merembet ke pertengkaran, perselisihan. "Pokoknya, konflik! Karena masing-masing berpikir, aku, kan sudah memenuhi kebutuhan kamu tapi, kok, kamu enggak memenuhi kebutuhanku. Jadi masing-masing merasa tak puas." (Indah Mulatsih)

Sumber: tabloidnova.com
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment