Semua orang tentu mengidamkan pernikahan yang langgeng. Beberapa hal kunci untuk menggapainya adalah adanya kepercayaan, saling menghormati satu sama lain, perasaan saling membutuhkan, dan komitmen yang kuat untuk menjaga keutuhan pernikahan. Namun, selain itu masih ada lagi beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain adalah:
1. Menunjukkan kemesraan
Setelah menikah sekian lama, mungkin kemesraan antara Anda dengan pasangan sudah mulai berkurang. Atau Anda berdua merasa malu untuk menunjukkannya, apalagi setelah hadirnya buah hati. Tapi jangan salah, kemesraan yang masih tetap terjalin, sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa hubungan Anda berdua masih dalam taraf sehat. Contoh sederhananya adalah memanggil pasangan dengan panggilan kesayangan.
Memanggil pasangan dengan panggilan kesayangan akan membantu kita untuk sedikit santai, membangkitkan kembali sisi manja dan juga kekanak-kanakan kita. Di samping itu, kemesraan ini akan semakin mengeratkan hubungan, dan mengembalikan keintiman.
2. Luangkan waktu untuk berdua
Ada baiknya jika suami-istri mulai menyisihkan waktu untuk berduaan. “Investasi” hubungan ini, akan mengembalikan keintiman, relaksasi, dan memperkuat ikatan hati. Meskipun Anda sangat sibuk, tetap usahakan untuk meluangkan waktu bersama pasangan Anda. Sesekali, titipkan si kecil bersama pengasuh dan matikan handphone Anda. Anda berdua tidak harus melakukan sesuatu yang khusus, hanya dengan ngobrol-ngobrol ringan, atau makan berdua di rumah bisa menumbuhkan kembali benih-benih cinta Anda berdua.
3. Pada saat-saat berat, usahakan untuk tidak terlalu mengandalkan orangtua
Adanya campur tangan keluarga –terutama orangtua, seringkali dapat menyebabkan para pasangan muda berpisah. Tapi, bukan berarti Anda melepaskan tali silaturahmi dengan mereka. Hanya saja jika ada permasalahan dalam rumah tangga Anda, misalnya masalah anak, masalah ekonomi, atau masalah yang lain, ada baiknya jika Anda selesaikan bersama pasangan. Jangan terburu-buru untuk meminta bantuan kepada orangtua. Bagaimanapun juga, Anda dan pasangan Anda yang paling memahami permasalahan, bukan orang lain. Dikhawatirkan juga, orangtua akan lebih cenderung untuk memberikan solusi instan, atau lebih cenderung untuk membela anaknya ketika terjadi konflik, sehingga justru membuat masalah semakin pelik dan merugikan Anda dan pasangan. Meskipun tidak semua orangtua seperti itu, tapi akan jauh lebih baik jika Anda berdua mulai belajar mengambil tanggungjawab penuh atas rumah tangga Anda berdua, karena memang itulah tujuan pernikahan.
4. Tetap berhubungan baik dengan orangtua
Poin ke-3 di atas bukan berarti Anda memutus hubungan dengan orangtua, bukan sama sekali. Sebagai anak Anda tetap wajib berbakti kepada orangtua. Salah satu cara menjaga kelanggengan pernikahan adalah dengan belajar kepada orangtua kita yang telah jauh lebih berpengalaman dalam membina rumah tangga. Kita boleh meminta nasehat atau wejangan kepada orangtua, yang perlu dihindari adalah terlalu bergantung kepada orangtua untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi. Karena hal itu akan membuat kita tidak mandiri dan lemah dalam menghadapi kehidupan.
Yang bertanggungjawab penuh terhadap pernikahan Anda, adalah Anda sendiri dan pasangan Anda, bukan orangtua. Daripada meminta bantuan yang sifatnya praktis atau instan, lebih baik jika Anda meminta doa kepada orangtua agar pernikahan Anda berkah dan langgeng. Insyaa Allah doa orangtua akan dikabulkan oleh Allah.
5. Tidak merasa paling berperan
Bukan rahasia lagi bila kebanyakan istri lebih banyak melakukan pekerjaan rumah dan mengasuh anak dari pada suami. Biasanya masalah-masalah seperti inilah yang sering menimbulkan konflik antara suami dan istri. Sang istri merasa pekerjaannya terlalu banyak, sedangkan sang suami terkesan tidak pernah membantu. Di sisi lain sang suami merasa istrinya tidak menghargai jerih payahnya yang telah bekerja mencari nafkah sepanjang hari.
Pernikahan adalah kerja tim, suami-istri mempunyai peran masing-masing yang saling melengkapi. Dalam sebuah tim tidak boleh ada yang merasa lebih berjasa, lebih penting, atau lebih berperan. Kedudukan setiap anggota tim adalah sama pentingnya. Jika salah satu ada yang merasa lebih berjasa daripada yang lain, maka keseimbangan tim akan terganggu dan berpeluang untuk terjadi konflik.
Diperlukan adanya sikap saling menghormati peran masing-masing. Selain itu diperlukan juga empati, sehingga satu sama lain dapat saling memahami. Jika dapat saling meringankan tugas dan tanggungjawab masing-masing tentu akan jauh lebih baik. Seandainya pun tidak, maka prasangka baik dan keikhlasan dalam menjalankan peran jauh lebih utama daripada sibuk saling menuntut.
6. Menyelesaikan konflik secara konstruktif
Kadang pasangan suami-istri dihadapkan pada perbedaan pendapat yang memicu konflik. Perselisihan adalah bumbu pernikahan, bukanlah hal yang tabu. Namun juga tidak bisa diremehkan. Kadang kala permasalahan yang sepele dapat menjadi sebab perpisahan karena pasangan suami-istri gagal dalam menyelesaikannya.
Pasangan suami-istri harus memiliki kemampuan manajemen konflik yang baik. Jika terjadi konflik, maka harus dihadapi dengan kepala dingin, mengutamakan husnudzan (prasangka baik) kepada pasangan, dan selalu berpegang pada nilai-nilai dan ajaran Islam.
7. Saling memberi hadiah
Memberi hadiah adalah salah satu bentuk perhatian yang meski sederhana namun dapat membangkitkan emosi positif. Hadiah tidak harus berupa barang mewah, sekuntum bunga atau secarik kertas bertuliskan kata-kata cinta sudah cukup berarti. Rasulullah saw. bersabda,
“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (HR. Thabrani)
8. Bumbui dengan humor
Humor dapat mempererat kedekatan pasangan suami-istri dan membuat hubungan lebih bahagia. Bila pasangan sudah tidak pernah lagi tertawa bersama, bisa jadi itu adalah indikasi memudarnya ikatan kebersamaan dalam hubungan mereka, dan memperbesar kemungkinan mereka akan menghadapi berbagai masalah.[muslimfamilia.com]
0 comments:
Post a Comment