Ketika Perang Uhud, pasukan musyrik Quraisy yang memutar jalan berhasil memukul pasukan panah kaum muslimin yang turun dari bukit Uhud untuk mengambil harta “ghanimah” (rampasan perang). Pasukan kaum muslimin mengira bahwa pasukan Quraisy telah kalah dan peperangan telah benar-benar usai. Akibat kekeliruan ini banyak shahabat yang gugur, termasuk Hamzah paman Rasulullah saw..
Melihat kekeliruan yang dilakukan oleh para shahabat, tidak membuat Rasulullah saw.. marah dan kesal. Karena Allah SWT telah melembutkan hatinya, sebagaimana firman-Nya,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159).
Sifat lembut hati merupakan salah satu akhlak mulia dari Rasulullah saw.. seperti yang dikatakan Abdullah bin Umar ra.,
“Sesungguhnya, saya menemukan sifat Rasulullah saw. dalam kitab-kitab terdahulu itu demikian: Sesungguhnya tutur katanya tidak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka berteriak-teriak dipasar-pasar, dan tidak suka membalas kejahatan orang dengan kejahatan lagi, namun dia memaafkan dan mengampuninya. ” (Tafsir Ibnu Katsir II, hlm. 608)
Kelembutan Hati Adalah Induk Kesabaran dan Sumber Kebahagiaan
Kelembutan hati Rasulullah saw. tidak hanya ditujukan kepada para shahabat yang telah paham dengan aturan agama, namun juga kepada orang awam yang belum memahami aturan agama ini. Dalam sebuah hadits disampaikan,
"Suatu hari ketika beberapa shahabat sedang khusyuk mendengarkan nasihat Rasulullah saw. di masjid Nabawi, tiba-tiba seorang Arab Badui masuk masjid dan tanpa basa-basi dia langsung buang air kecil di salah satu pojok masjid. Para shahabat yang melihatnya terkejut dan segera berdiri untuk memukul orang itu dan mengusirnya.
Melihat hal ini Rasulullah saw. segera mencegah tindakan para shahabat. Para shahabat pun lalu membiarkan Arab Badui tadi menuntaskan buang hajatnya. Setelah benar-benar selesai, Rasulullah saw. memerintahkan seorang shahabat mengambil seember air untuk mengguyur tempat Arab Badui buang hajatnya.
Tanpa rasa marah dan kesal Rasulullah saw. menghampiri orang itu dan mengatakan: 'Sesungguhnya masjid itu tidak layak dikencingi dan dikotori. Sesungguhnya masjid itu tempat untuk shalat, berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an'. (HR. Muslim).
Rasulullah saw. memahami ketidaktahuan si Arab Badui tersebut, sehingga kelembutan hati beliau bisa mengalahkan amarah beliau. Kalau hal itu terjadi di saat sekarang, mungkin si Arab Badui itu telah babak belur "diberi pelajaran" oleh para shahabat Nabi.
Sifat lembut hati, santun, ramah dan tidak cepat marah tidak hanya akan membuat manusia menaruh simpati kepada kita, tetapi Allah SWT-pun mencintainya.
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan Mencintai kelembutan ” (HR.Muslim).
Dengan modal kelembutan hati, seorang da’i pasti dengan mudah menarik simpati orang, seorang suami pasti disayang oleh keluarga dan jika seorang pemimpin pasti dicintai rakyatnya.
Rasa sakinah pun akan hadir dalam keluarga ketika kelembutan dan sikap santun menjadi perhiasannya. Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila Allah Azza wa Jalla menghendaki kebaikan suatu keluarga, Allah akan memasukkan kelembutan atas mereka.” (HR. Ahmad).
Dan ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dengan sikap beliau yang lembut, tidak pernah marah kepada pembantu rumah tangganya. Anas bin Malik, sebagaimana diriwayatkan Imam Mulim, Anas bin Malik berkata,
“Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Belum pemah beliau berkata kasar kepadaku. Dan selama sepuluh tahun itu belum pernah beliau berkata kepadaku, ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ Dan belum pernah beliau berkata, ‘Mengapa kau tidak lakukan sesuatu sepeninggalku?’" (HR. Muslim)
Sepuluh tahun bukanlah sebentar dan selama itu Anas bin Malik belum pernah sekalipun dimarahi Rasulullah saw.. Coba bandingkan dengan keadaan sekarang, pembantu dianggap sebagai orang kecil yang bisa diperlakukan semena-mena oleh sang majikan, bahkan sudah tidak “dimanusiakan” lagi.
Sudah menjadi berita sebari-hari tentang perlakuan kasar majikan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) mulai dari dipukuli sampai kehilangan nyawa akibat disiksa oleh majikan. Inilah akibat tidak adanya kelembutan hati di dalam diri seseorang, sehingga rasa kesal, rasa marah mudah terlampiaskan, tidak terkontrol lagi dan di saat seperti itulah syetan dengan mudah memprovokasi untuk melakukan perbuatan yang tidak manusiawi.
Sikap lembut hati disertai rasa empati Rasulullah saw. kepada pembantunya tersirat pula dalam doa beliau. Suatu ketika Ibu Anas bin Malik memohon agar Rasulullah saw. mau mendoakan anaknya. Rasulullah saw. pun berdoa,
“Ya Allah, berilah dia harta dan anak yang banyak. Dan berkatilah atas apa yang Engkau beri.“ (HR.Bukhari).
Marilah mulai dari sekarang kita semai benih kelembutan hati dalam diri kita. Cobalah untuk mengendalikan diri kita sendiri dari sikap keras hati, gampang kesal atau marah dan berlaku kasar terhadap orang lain. Sikap santun dan lembut hati Rasulullah saw. perlu kita teladani, agar semua urusan kita menjadi mudah, indah dan membawa berkah di dunia dan akhirat.
Sumber : Lembar Risalah An-Natijah, No. 20/Thn. XIV – 15 Mei 2009 (diedit secukupnya oleh muslimfamilia.com)
0 comments:
Post a Comment