Sering kita dapati seseorang yang mendidik anaknya dengan cara yang keras. Kadang tak segan menggunakan pukulan, bahkan tendangan. Jika tangannya telah lelah memukul maka ia pun menggunakan tongkat atau cambuk untuk memukul anaknya.
Memang benar bahwa boleh bagi seorang ayah atau ibu untuk mendidik anaknya dengan memukul, akan tetapi hal itu keluar dari hukum asal. Karena hukum asal dalam mendidik, bahkan dalam segala hal adalah dengan kelembutan. Kita, sebagai orang tua tidak boleh berpindah kepada metode pemukulan kecuali jika kondisinya mendesak. Itupun tidak boleh dengan pemukulan yang semena-mena, semau kita, seperti pukulan yang menimbulkan bekas luka, terlebih lagi yang mematahkan tulang.
Sering setan menghasut para orang tua, bahwa metode kekerasan dalam mendidik anak-anak adalah metode yang terbaik dan praktis, cepat terlihat hasilnya. Karena dengan kekerasan dalam sekejap sang anak menjadi penurut.
Ingatlah ini semua hanyalah was-was syaithan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
"Tidaklah kelembutan pada sesuatupun kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatupun kecuali akan memperburuknya." (Dishahihkan oleh Al-Albani)
Memang benar jika seorang anak disikapi keras maka ia akan nurut dan patuh. Akan tetapi hanya sekejap dan sementara. Kenyataan yang ada menunjukan bahwa jika seorang ayah atau ibu yang senantiasa memukuli dan mengerasi anak-anak mereka justru akan menimbulkan dampak buruk:
- Jadilah kedua orang tua tersebut berhati keras, hilang kelembutan dari mereka, karena mereka telah membiasakan kekerasan dalam hati mereka.
- Bahkan anak-anak mereka yang sering mereka pukuli pun menjadi keras. Keras dan kasar sikap mereka dan juga keras hati mereka.
- Bahkan tidak jarang sang anak yang dikerasi maka semakin menjadi-jadi keburukannya. Terutama jika sang anak merasa aman dari kontrol kedua orangtuanya. Hal ini menunjukan sikap keras dan kasar tidak membuahkan keberhasilan dalam mendidik anak-anak
- Kalaupun metode kekerasan berhasil merubah sang anak menjadi seorang anak yang "tidak nakal" maka bagaimanapun akan berbeda hasilnya dengan seorang anak yang dibina dengan kelembutan. Seorang anak yang dididik dengan metode kekerasan tidak akan memiliki kelembutan dalam sikap dan tutur kata, serta kelembutan hati yang dimiliki oleh seorang anak yang dididik dengan penuh kelembutan.
Adapun jika kedua orang tua bersikap lembut kepada anak-anak mereka, dan tidak memukul kecuali dalam kondisi yang tepat, maka akan menimbulkan banyak dampak positif, diantaranya :
- Kedua orangtua tetap bisa menjaga kelembutan hatinya.
- Kelembutan hati anak-anak mereka juga bisa terjaga, demikian pula akhlak anak-anak mereka menjadi akhlak yang mulia. Karena mereka telah meneladani kedua orangtua mereka yang selalu bersikap lembut dan sayang kepada mereka
- Anak-anak tatkala telah dewasa, maka yang akan mereka kenang adalah kebaikan, kelembutan, dan kesabaran kedua orangtua mereka dalam mendidik mereka. Jadilah mereka anak-anak yang berbakti yang selalu ingin membalas budi kebaikan kedua orang tua mereka.
- Kedua orang tua akan mendapatkan rahmat dan ganjaran dari Allah karena sikap lembut mereka kepada anak-anak mereka.
Abu Hurairah ra. berkata :
قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ : إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallampun melihat kepada Al-'Aqro' lalu beliau berkata, "Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati." (HR. Al-Bukhari no. 5997 dan Muslim no. 2318)
Dalam kisah yang sama dari 'Aisyah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata :
جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
"Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu." (HR. Al-Bukhari no. 5998 dan Muslim no. 2317)
Ibnu Batthool rahimahullah berkata, "Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqro' bin Haabis menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak laki-laki tidak seorangpun yang pernah ia cium, maka Nabipun berkata kepada Al-Aqro' (Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang).
Maka hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau perhatikan bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong (cucu beliau) Umaamah putri dari Abul 'Aash (suami Zainab putri Nabi) di atas leher beliau tatkala beliau sedang shalat? Padahal shalat adalah amalan yang paling mulia di sisi Allah dan Allah telah memerintahkan kita untuk senantiasa khusyuk dan konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi yang menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyukan yang diperintahkan dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (si kecil cucu beliau) kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam sholat.
Sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan teladan yang paling besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam menyayangi anak-anak baik masih kecil maupun yang besar, serta berlemah lembut kepada mereka." (Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Batthool, 9/211-212)
Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ
'Barangsiapa yang tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi.'
Semakin seseorang mengasihi hamba-hamba Allah, maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan Allah mengampuni seorang wanita pezina disebabkan wanita tersebut menyelamatkan seekor anjing yang sedang kehausan.
Jika Allah menjadikan rasa rahmat (kasih sayang) dalam hati seseorang, maka itu merupakan pertanda bahwa ia akan dirahmati oleh Allah."
Maka hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang (kepada anak-anak). Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan kemuliaan akhlak dan adabnya. Suatu hari beliau sedang sujud tatkala mengimami para shahabat, kemudian datanglah Al-Hasan bin Ali bin Abi Thoolib. Lalu sebagaimana sikap anak-anak, Al-Hasan pun menaiki pundak Nabi yang tengah sujud. Nabi pun melamakan/memanjangkan sujudnya. Hal ini menjadikan para shahabat heran, mereka berkata:
هَذِهِ سَجْدَةٌ قَدْ أَطَلْتَهَا، فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ، أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ
"Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu."
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka,
ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي، فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ
"Bukan, akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka menyegerakan sujud (memperlama sujud) hingga ia menunaikan kemauannya." (HR. Ahmad dan Nasa'i, dishahihkan oleh Al-Albani)
Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah, lalu Al-Hasan dan Al-Husain (yang masih kecil) datang memakai dua baju. Baju keduanya tersebut kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung jatuh bangun tatkala berjalan. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya dihadapan beliau (di atas mimbar) lalu beliau berkata:
صَدَقَ اللهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ نَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيْعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيْثِي وَرَفَعْتُهُمَا
"Maha benar Allah (dengan firmannya), 'Hanyalah harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah'. Aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku tidak sabar hingga akupun memutuskan khutbahku dan aku menggendong keduanya." (HR. At-Thirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani)
"Baru setelah itu, beliau melanjutkan khutbahnya." (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Albani)
Sungguh mulia akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak. Beliau menggendong anak-anak, bahkan dalam sholat beliau, karena kasih sayangnya yang besar. Karenanya, bersabarlah wahai para orang tua dalam mendidik anak kalian. Sayangilah mereka, peluklah mereka, ciumlah mereka. Insyaa Allah semua itu akan mendatangkan pahala dan rahmat Allah.
Sumber: firanda.com (diedit oleh muslimfamilia.com)
0 comments:
Post a Comment