latest Post

Haruskah Menyerah Ketika Lelah Mendera?

Ibu rumah tangga, istri lelah

Kelelahan dan stres adalah teman akrab perempuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan cara menanggulanginya sejak 14 abad lalu.

Fatimah radhiyallahu'anha merasa tak sanggup lagi mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sendiri. Mesin penggiling gandum yang setiap hari harus diputarnya semakin membuat telapak tangannya perih dan mengelupas. Belum lagi setumpuk pekerjaan lain yang harus ditanganinya sendiri. Anak-anaknya pun tak jarang menguras tenaganya dengan sejumlah polah mereka. Namun, ia pun sadar bahwa suaminya bukanlah orang yang cukup mampu untuk mempekerjakan seorang pelayan baginya.

Oleh karena itu, tatkala ia mendengar bahwa sang ayahanda memiliki tawanan perang, sosok yang mulia ini pun meminta agar ada seorang yang dijadikan pelayannya. Namun, tanpa mengurangi rasa sayangnya, sang ayah justu menolak permintaan tersebut. Hanya seuntai wasiat agung yang digenggamkannya di hati sang putri.

Pekerjaan menggiling gandum dan membuat adonan rotilah yang membuat Fatimah begitu terbebani. Meskipun bukan pekerjaan yang sama, perempuan-perempuan dari masa ke masa pun seringkali merasa terbebani dengan pekerjaan domestik yang harus mereka tanggung. Pekerjaan-pekerjaan yang tak kenal waktu, selalu tersedia komplit dengan kerepotan yang menyertainya.

Meski rasa lelah tak hanya menjadi sahabat kaum perempuan, deraan pekerjaan yang tak pernah henti, terutama bagi mereka yang telah menikah dan memiliki anak, kerap membuat kaum Hawa lebih akrab dengan rasa ini. Bila memiliki pembantu, mungkin beban ini akan sedikit teratasi. Namun realitanya, tak banyak perempuan yang memiliki keberuntungan seperti ini.

Waspada Kelelahan!

Semua orang tahu bahwa lelah adalah alarm yang secara alami dikirimkan oleh tubuh untuk segera berhenti dari aktivitas dan segera beristirahat.

Dampak dari kelelahan sangat berbahaya. Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya kesehatan secara umum, kambuhnya penyakit kronis, serta penurunan daya tahan tubuh. Apalagi bila kelelahan ini ditemani pula oleh stres. Mereka secara kompak mengganggu proses metabolisme dan hormonal dalam tubuh, menggerogoti kekebalan tubuh dan mengganggu fungsi jantung.

Lebih jauh, kelelahan dan stres yang tak kunjung tertanggulangi akan membuat seseorang mengalami sindrom kelelahan. Dan perempuan, adalah pihak yang paling rentan dihinggapi sindrom ini karena tekanan stres lebih akrab dengan perempuan.

Gejala-gejala yang dirasakan adalah mudah lelah, konsentrasi menurun, mengantuk, pusing, badan pegal atau ngilu, denyut nadi tidak teratur, susah tidur, sakit di dada, ketegangan di pundak, dan ketakutan tanpa alasan. Gejala-gejala ini bersifat menetap dan muncul berulang. Bahkan dalam kondisi kronis, orang yang bersangkutan dapat merasakan keletihan yang luar biasa meski tidak melakukan aktivitas apa pun.

Mengatasi Kelelahan

Hal ini tentu sangat buruk bagi semua orang. Sejatinya, kebahagiaan dan kesehatan adalah hak setiap orang. Namun, apa jadinya bila aktivitas justru menjadi pemicu rendahnya kualitas kesehatan dan tak membawa kebahagiaan bagi kita?

Tentu ada hal yang harus segera kita lakukan untuk mengubah keadaan ini. Kuncinya adalah mencari tahu apa yang membuat kita merasa begitu lelah dan tertekan selama ini. Termasuk membicarakan kondisi yang tengah dihadapi dengan pihak-pihak terkait. Harus ada dialog yang dilakukan dengan orang-orang di sekitar untuk mengingatkan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan dalam distribusi hak dan kewajiban.

Cobalah untuk bersikap asertif yaitu berani mengemukakan apa yang tidak berkenan bagi diri kita dengan tepat kepada orang lain. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengurangi stres akibat pekerjaan yang dilakukan dengan kondisi hati yang tertekan. Mintalah mereka untuk memahami apa yang kita rasakan.

Namun, bila pengertian ini tidak kunjung hadir, maka sikap pertama yang harus kita lakukan adalah bersabar. Boleh jadi, kondisi yang tengah kita hadapi adalah latihan yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) untuk mempersiapkan kita menerima kehidupan yang lebih baik di esok hari. Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya pahala yang besar itu datang beriringan dengan besarnya cobaan dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan cobaan kepada mereka. Oleh sebab itu, siapa yang menerimanya dengan ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya, sebaliknya, siapa yang menyikapinya dengan kemarahan, maka dia juga akan mendapat kemarahan-Nya.” (HR. Tirmidzi)

Anda pasti bisa membedakan mana mental pemimpin dengan mental pesuruh. Mental pemimpin adalah mereka yang siap mengambil tanggung jawab atas orang lain dan bersedia berkorban untuk tanggung jawab tersebut. Sedangkan mental pesuruh adalah mereka yang hanya mengerjakan apa yang diperintahkan orang lain pada mereka. Jangankan berkorban untuk meringankan pekerjaan orang lain, mengerjakan apa yang diperintahkan pun kadang dilakukan dengan mengumpat. Mungkin dengan beban berat yang kini kita tanggung, suatu hari Allah SWT akan menjadikan kita orang besar yang sarat dengan kebaikan.

Tak kalah penting, jangan berhenti bergerak di tengah kelelahan yang mendera. Jadikanlah istirahat sebagai saat untuk menghimpun kekuatan kembali, bukan untuk berhenti dari tanggung jawab. Karena Allah SWT menyukai orang-orang yang terus bergerak layaknya aliran sungai yang tak pernah berhenti.

Berhenti bergerak hanya akan membahayakan diri sendiri karena air yang menggenang tentu akan menyimpan lebih banyak penyakit dibandingkan air yang mengalir.

Selanjutnya, aktifkanlah kimia kebahagiaan dalam diri kita agar lelah yang ada tak diperparah oleh stres atau suasana hati yang buruk. Suasana hati merupakan hasil olah reaksi beragam bahan kimia dalam tubuh. Ia merupakan hasil aksi-reaksi dari pelepasan hormon dan bahan kimia tubuh sebagai respon dari rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar tubuh.

Satu hal luar biasa yang diungkapkan oleh Al-Ghazali bahwa dalam diri manusia terdapat yang disebut dengan kimia ruhaniah. Kimia yang terkandung dalam tuntunan Ilahiyah ini secara gamblang terdapat dalam teladan kehidupan para utusan-Nya. Kimia ini adalah bahan pikiran untuk mengubah orientasi kehidupan seseorang untuk sepenuhnya menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan. Sehingga, apa pun beban yang tengah ditanggungnya, ia akan sepenuhnya mengorientasikan untuk beribadah pada Allah SWT.

Kimia ini dapat diaktifkan dengan empat bagian yang harus dipenuhi yaitu pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang Allah SWT, pengetahuan tentang dunia ini seperti adanya, dan pengetahuan tentang akhirat.

Karena itu, kini menjadi jelas kenapa Rasulullah SAW tidak memberikan pembantu pada Fatimah putrinya, melainkan hanya wasiat untuk bertasbih, bertahmid, dan bertakbir masing-masing sebanyak 33 kali ketika menjelang tidur. Berzikir memang tidak akan membuat kelelahan menjadi sirna. Namun, ketentraman yang timbul dari kimia ruhani yang berasal dari zikir akan membuat energi tubuh kembali optimal ketika bangun di pagi hari. [Kartika Trimarti/Suara Hidayatullah/muslimfamilia.com]
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment