latest Post

Pahalamu Sebanding dengan Rasa Lelahmu


Seorang isteri melihat jam dinding. Jarum pendeknya mengarah ke angka satu. Malam itu angin begitu menusuk tulang. Layar ponsel menunjukkan temperatur minus limabelas derajat.
Suami yang dicintainya kebagian lembur malam ternyata. Jam bekerja selarut ini lazim bagi buruh migran pembersih mesin pabrik roti. Ini pula yang membuat sang isteri terbiasa menengoki bayangan kekasihnya dari jendela kamar sewaan yang berukuran enam kali enam meter persegi itu.
Sambil menatap bayi merah mereka yang terlelap, sang isteri teringat pesan ibunya yang telaten membersamai almarhum ayahnya dan merawatnya bersama ketiga adiknya,
“Sabar itu cantik, Nduk. Secantik parasmu kalau masuk surga nanti.”
Maasyaa Allah, ada pahala ternyata di balik pengabdian panjang dan melelahkan itu. Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diabadikan ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa,
اْلأَجْرُ عَلَى قَدْرِ النَّصَبِ
“Pahala itu sesuai dengan kadar kepayahan.” (H.R. Bukhari – Muslim)
Mahaadil Allah yang menentukan bahwa sedikit dan banyaknya pahala yang diberikan kepada orang beramal adalah tergantung kepayahan yang dialami. Ibarat orang bekerja, maka upah yang diterima adalah sesuai dengan keringat yang dikucurkannya.
Prinsip ini pula mendorong para ulama menyetuskan sebuah kaidah, “Apa yang banyak aktivitasnya maka banyak pula keutamaannya”.
Seperti saat Ibunda Aisyah ra selesai menunaikan ibadah umrahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan pengarahan kepadanya,
أَجْرُكِ عَلَى قَدْرِ نَفَقَتِكِ أَوْ نَصَبِكِ
“Pahalamu sesuai dengan kadar biayamu atau kepayahanmu.”
Dalam riwayat lain, “Sesungguhnya bagimu pahala setara dengan kadar kepayahan dan belanjamu”. Sementara dalam riwayat Imam Ahmad dari Sufyan Ats-Tsauri berbunyi (yang artinya), “Pahala hanya tergantung pada kadar kesabaran.”
Kendati demikian seperti halnya orang yang bekerja, terkadang upah yang diterima jauh lebih tinggi dan tak sebanding dengan ringannya pekerjaan yang dilakukan. Demikian pula dengan anugerah Allah yang tidak disangka-sangka. Pada kondisi tertentu Dia dapat memberi pahala jauh lebih banyak dibandingkan dengan sedikitnya amal yang dikerjakan manusia sebagai hamba.

Imam Nawawi berkata, “Zhahir hadits di atas menunjukkan bahwa pahala dan anugerah yang didapat dari ladang ibadah setara dengan kadar biaya dan kepayahan yang dikeluarkan”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Memang kenyataan demikian, hanya saja terkadang ada ibadah yang mendapat nilai tinggi dari Allah disebabkan oleh masa saat ibadah itu dilakukan seperti shalat malam pada saat Lailatul Qadar. Atau juga disebabkan oleh tempat di mana ibadah itu dilaksanakan, seperti halnya shalat dua rakaat di Masjidil Haram.”

Maka Ayah Bunda, insyaa Allah pahalamu sebanding, bahkan bisa saja lebih besar daripada kepayahanmu. Alhamdulillah. [muslimfamilia.com]
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment