latest Post

Ibu, Anakmu Hanya Ingin Membantu, Bukan Mengganggu

Anak hanya ingin membantu bukan mengganggu

"Zahro bisa bantu apa, Mi? Zahro bantu, ya?"

Sejak belum memulai sahurnya anak saya sudah sibuk minta diizinkan membantu saya menyiangi buah-buahan untuk bahan es. Insya Allah Abinya mau mengadakan khataman Al-Qur'an di pondok yang beliau kelola.

"Iya, insya Allah nanti boleh bantu. Jadwal paginya selesaikan dulu ya," jawab saya sembari berpikir bagian mana yang bisa saya bagi-tugaskan dengannya.

Setelah saya menemukan bagian yang insya Allah bisa anak saya kerjakan dengan baik -yaitu memotong pepaya yang telah saya potong memanjang menjadi bentuk dadu- saya sampaikan kepadanya bahwa nanti kalau jadwal paginya sudah selesai dia boleh melakukan itu. Masya Allah... luar biasa senangnya dia diizinkan membantu.

Sebenarnya sempat terpikir oleh saya (ketika anak saya meminta izin membantu) untuk menjawab, "Biar Ummi saja yang selesaikan sendiri," karena menurut saya itu akan membuat pekerjaan lebih cepat selesai.

Tetapi saya tak kuasa membayangkan hati yang menciut karena perasaan tertolak, meski mungkin tak nyata ditampakkannya. Dan alhamdulillaah, ternyata pekerjaan saya jadi lebih cepat selesai karena bantuannya.

Mengaca pada apa yang hampir saya lakukan, mari mengaku yuk, Bu... Berapa banyak di antara kita para Ibu yang pernah memandang anak-anak kita sebagai "pengganggu" pekerjaan rumah kita? Maaf untuk pilihan kata yang mungkin kurang santun. Semoga tanda petik yang saya sematkan menjadikannya lebih bisa diterima.

Saya yakin cukup banyak Ibu yang memilih mengerjakan pekerjaan rumahnya saat anak-anak tidur, khususnya jika anak-anak berusia balita. Sebab Ibu merasa jika pekerjaan rumah semacam memasak dan berbenah rumah dikerjakan saat anak bangun, maka anak akan "ngerusuhin", pekerjaan malah tidak tuntas-tuntas. Mungkin memang demikian kondisinya pada yang sudah terlanjur mengalaminya.

Saya ingin berbagi tip ini untuk para Ibu yang belum terlanjur mengalami keadaan demikian. Para Ibu yang saat ini anak-anaknya masih berusia bayi.

Bu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menitipkan anak-anak kita dalam keadaan fitrah, suci, baik. Hanya kebaikan yang Allah sertakan saat mengamanahkan anak kepada orangtuanya. Yakinkan itu ke dalam hati Ibu, bahwa ananda yang Allah amanahkan adalah ananda yang baik, yang bisa bekerja sama.

Sejak bayi, biarkan ananda melihat Ibu beraktivitas, ceritakan padanya apa yang sedang Ibu kerjakan. "Nak, ini Ibu sedang merapihkan seprai", "Nak, ini namanya melipat baju," dan sebagainya, sehingga anak familiar dengan aktivitas-aktivitas itu.

Pada tahap selanjutnya, libatkan anak dalam aktivitas Ibu. Jika Ibu memetik segenggam sayur, hadiahkan barang sebatang untuknya. Jika Ibu berbenah rumah, sediakan sebuah sapu kecil buat dia. Jika Ibu melipat baju, izinkan dia melipat kaos dalamnya.

Insya Allah, Ibu akan bisa menyaksikan anak-anak Ibu tumbuh menjadi anak yang bisa bekerja sama, bahkan senang membantu Ibu.

Selamat mencoba ya, Bu... :-)

Oleh: Miftahul Jannah 
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment