Suatu saat saya berbincang dengan seorang ibu rumah tangga tentang memuji pasangan. Dia terkejut ketika tahu bahwa saya dan suami sering saling memuji, karena dia berpikir itu bukanlah hal penting dan bisa membuat pasangan GR.
Saya tersenyum, mengingat betapa seringnya kami saling memuji hingga kadang pipi memerah karena senangnya. Tadinya saya pikir kebiasaan saling memuji ini hanya bertahan selama awal pernikahan saja, tetapi ternyata setelah sekian lama, kami masih sering melakukan hal itu.
Ada perasaan berbunga bunga ketika suami memuji kecantikan saya saat saya berdandan rapi. Atau ekspresinya ketika memakan kue buatan saya, "Hmmm... Uenak banget, Dek…" Padahal saya tahu kuenya tidak terlalu enak karena saya baru mulai belajar memasak ketika menikah.
Saya juga pernah melihat suami saya senyum-senyum bangga saat saya bilang, "Mas ganteng banget deh, kalo pakai baju ini…" Dan karena itu, akhirnya dia jadi sering memakai baju itu sampai warnanya memudar dan bahannya menjadi rusak. Hehe..
Memuji pasangan, mungkin bukan perbuatan yang mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Untuk sebagian pasangan, memuji mungkin bukan hal yang penting. Tetapi dalam kondisi tertentu, memberi pujian itu bisa jadi penting, lho. Terkadang manusia butuh penghargaan untuk memotivasi dirinya. Seperti halnya ketika suami memuji masakan saya, meskipun saya tahu rasanya tidak jelas.
Walaupun saya tahu suami saya sedang "berbohong", tapi sikapnya yang seperti itu mampu membuat saya bersemangat untuk membuat masakan dengan rasa yang lebih enak lagi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya saya kalau suami mencela masakan saya.
Seperti yang dikatakan teman saya tadi, bisa jadi pasangan GR setelah dipuji. Tetapi apa salahnya membuat pasangan kita senang? Bukankah Islam pun menganjurkan dalam rumah tangga untuk saling menyenangkan satu sama lain.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Belum pernah aku dengar kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan manusia selain dalam 3 hal: pada waktu perang, dalam rangka mendamaikan antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada suaminya (untuk menyenangkan pasangan).” (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud boleh berbohong kepada suami/istri adalah berbohong dalam rangka menunjukkan rasa cinta; seperti merayu alias "ngegombal", atau memuji pasangan agar merasa senang dan tersanjung. Namun tetap tidak dibenarkan jika berbohong dengan tujuan buruk, semisal untuk mengambil hak pasangan atau untuk lari dari tanggung jawab.
Begitu banyak amalan berpahala yang bertaburan dalam hidup berumah tangga. Salah satunya adalah memuji pasangan. Jadi, kenapa masih pelit memuji pasangan? [Hanifa Syahida/muslimfamilia.com]
0 comments:
Post a Comment