latest Post

36 Pertanyaan Ini Akan Membuatmu Jatuh Cinta Lagi. Seketika!

Jatuh cinta lagi

“Sudah tidak ada lagi cinta di antara kita,” ujar seorang suami yang sedang diliputi kemarahan pada istrinya. Tak membuat keadaan menjadi lebih baik, sang istri malah menanggapi, “Sejak awal aku memang tak pernah benar-benar mencintaimu.”

Begitu banyaknya pernikahan yang bahagia karena cinta, namun tak sedikit pula yang porak poranda karenanya. Apakah sebenarnya cinta itu, sehingga kehadiran dan ketiadaannya memiliki pengaruh yang teramat penting bagi keutuhan rumah tangga?

Seberapa sulit menghadirkan rasa cinta pada seseorang yang dinikahkan dengan Anda, jika ia terbilang jauh dari kriteria ideal yang Anda miliki? Lebih sulit mana dengan memunculkan kembali rasa cinta kepada pasangan yang telah bertahun-tahun Anda nikahi, dalam sebuah hubungan yang terasa semakin hambar dari hari ke hari?

Faktanya, jatuh cinta itu mudah dan bisa direkayasa secara ilmiah.

Pada tahun 1997, Dr. Arthur Aron, seorang guru besar psikologi dari Stony Brook University, melakukan riset pada sejumlah pasangan pria dan wanita yang tidak saling mengenal satu sama lain.

Hanya dengan saling menanyakan 36 buah pertanyaan dan menjawabnya secara bergantian, diakhiri dengan aktivitas saling memandang selama 4 menit, mereka sukses dibuat jatuh cinta secara instan!

Bahkan enam bulan kemudian, sepasang dari mereka menikah dan mengundang seluruh partisipan riset lainnya. Wow! Hingga saat ini, metode ini telah diadopsi dalam ratusan penelitian mengenai kedekatan antarpersonal.

Apa yang sebenarnya terjadi? Berikut ini 36 pertanyaan yang telah saya terjemahkan dari jurnal penelitian Dr. Arthur Aron yang bertajuk “The Experimental Generation of Interpersonal Closeness”:

Bagian I

1. Jika punya kesempatan untuk makan malam bersama siapapun di dunia ini, siapa yang akan engkau undang?

2. Apakah engkau ingin menjadi terkenal? Terkenal yang bagaimana?

3. Sebelum menelpon seseorang, apakah engkau melatih apa yang akan kau katakan terlebih dahulu? Mengapa?

4. Seperti apakah sebuah hari yang “sempurna” bagimu?

5. Kapankah terakhir kali engkau bernyanyi untuk diri sendiri? Kalau untuk orang lain?

6. Jika engkau dapat hidup hingga umur 90 tahun, dan bisa memilih untuk menjalani 60 tahun terakhir dengan tetap memiliki tubuhmu ATAU pikiranmu ketika berumur 30 tahun, mana yang akan kau pilih?

7. Apakah engkau punya firasat mengenai bagaimana kau akan meninggal kelak?

8. Sebutkan 3 kesamaan yang tampaknya engkau dan pasanganmu miliki.

9. Hal apakah yang sangat engkau syukuri dalam hidupmu?

10. Jika engkau dapat mengubah caramu dibesarkan, apa yang ingin kau ubah?

11. Dalam waktu 4 menit, ceritakan mengenai kisah hidupmu dengan serinci-rincinya kepada pasanganmu.

12. Jika besok pagi kau dapat terbangun dengan sebuah sifat atau kemampuan tertentu, apa yang kau inginkan?

Bagian II

13. Jika ada sebuah benda yang dapat memberitahukan kebenaran mengenai dirimu, hidupmu, masa depan, atau mengenai apapun, apa yang ingin kau ketahui?

14. Adakah hal yang telah kau impikan sejak lama untuk melakukannya? Apa yang membuatmu belum melakukannya?

15. Apakah pencapaian terbesar dalam hidupmu?

16. Apakah yang paling kau hargai dari sebuah persahabatan?

17. Apakah kenanganmu yang paling manis?

18. Apakah kenanganmu yang paling pahit?

19. Jika kau tahu bahwa kematian akan menjemputmu dalam satu tahun lagi, adakah yang ingin kau ubah dari caramu menjalani hidupmu sekarang? Mengapa?

20. Apakah arti persahabatan bagimu?

21. Sejauh mana kau melibatkan perasaan cinta dan kasih sayang dalam hidupmu?

22. Secara bergantian, sebutkanlah 5 sifat positif yang dimiliki oleh pasanganmu.

23. Seberapa dekat dan hangatnya keluargamu? Apa menurutmu masa kecilmu lebih bahagia dibandingkan masa kecil kebanyakan orang?

24. Bagaimana engkau menilai hubunganmu dengan ibu kandungmu?

Bagian III

25. Sebutkan masing-masing 3 pernyataan benar yang mengandung “kita berdua”. Misalnya, “Kita berdua di ruangan ini sama-sama merasa . . . . .”

26. Lengkapi kalimat berikut ini: “Kalau saja ada seseorang yang dengannya aku bisa berbagi mengenai . . . . .”

27. Sekiranya engkau akan menjadi lebih akrab dengan pasanganmu setelah ini, hal apa yang perlu dia ketahui tentangmu?

28. Beri tahu pasanganmu apa yang kau sukai dari dirinya. Cobalah lebih jujur kali ini, seolah kalian sudah saling mengenal dalam waktu yang lama.

29. Ceritakanlah sebuah kejadian yang paling memalukan dalam hidupmu.

30. Kapan terakhir kali engkau menangis di depan orang lain? Kalau menangis sendiri?

31. Katakan lagi apa yang kamu sukai dari pasanganmu.

32. Hal apa yang bagimu terlalu serius untuk dijadikan guyonan?

33. Jika kematian menjemputmu malam ini dan engkau tidak sempat menghubungi siapapun, apa yang paling kau sesalkan tidak pernah kau ucapkan pada seseorang? Lalu mengapa kamu masih menyimpannya?

34. Rumahmu, yang di dalamnya tersimpan seluruh harta benda yang kau miliki, mengalami kebakaran hebat. Setelah menyelamatkan semua orang dan binatang peliharaan yang kau sayangi, kau masih punya waktu untuk menyelamatkan satu benda. Benda apa yang akan kau ambil? Mengapa?

35. Dari seluruh anggota keluargamu, siapa yang kematiannya paling menghancurkan hidupmu? Mengapa?

36. Ceritakanlah sebuah masalah pribadimu, lalu mintalah pasanganmu mengungkapkan cara dia mengatasinya jika berada di posisimu. Tanyakan pula pendapatnya mengenai cara pandangmu terhadap masalah tersebut.

Bagian IV

Tatap mata pasanganmu selama 4 menit penuh, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

* * * * *

Kebanyakan dari kita meyakini bahwa jatuh cinta adalah sesuatu yang “terjadi” pada diri kita. Layaknya sebuah hidayah, kita merasa tak punya banyak kendali atas datangnya. Walhasil, ketika hubungan berjalan tak sesuai harapan, kita kerap menyalahkan ketiadaan rasa cinta.

Namun hidayah sekalipun bisa diupayakan dengan memenuhi syarat-syaratnya. Begitupun dengan cinta. Jika benar eksperimen ini bisa memberi dampak yang dahsyat bagi sejumlah orang, apakah Anda dan pasangan Anda bisa mengalaminya juga? Di mana rahasianya?

Pada dasarnya, rangkaian pertanyaan ini membangun apa yang disebut sebagai “mutual vulnerability”. Dengan memberi kesempatan pada diri Anda dan pasangan untuk saling terbuka, kemudian berempati terhadap jawaban satu sama lain, peluang terbangunnya keintiman akan terbuka lebar.

Menarik jika kita cermati No. 22, 28, dan 31. Mendapati seseorang yang dengan sukarela menyebutkan hal-hal positif dari diri Anda, adalah suatu berkah yang tidak Anda dapatkan setiap hari. Bahkan dari orang yang sudah memiliki ikatan pernikahan dengan Anda, yaitu suami atau istri, banyak hal yang seringkali “taken for granted”, atau “sudah semestinya begitu”.

Meski memiliki tingkat kesuksesan yang bervariasi tergantung pada kesediaan membuka diri dan berempati, eksperimen ini dipastikan akan menghasilkan lonjakan kedekatan yang signifikan antara Anda dan pasangan Anda dibandingkan sebelumnya.

Film Tausiyah Cinta yang baru-baru ini diputar di bioskop, membawa sebuah pesan yang kurang lebih sejalan: “Cinta itu ditumbuhkan, bukan dicari”. Kabar baiknya, jatuh cinta itu mudah. Bahkan ada jalan pintasnya secara ilmiah. Yang jarang disadari, jatuh cinta itu memang bagian termudah dari sebuah hubungan. Menjaga agar cinta selalu bersemi, itulah bagian sulitnya.

Diperlukan seribu jurus untuk senantiasa mampu memperbarui cinta dari waktu ke waktu, agar rasanya selalu semanis di awal, atau bahkan lebih manis lagi. Sebagaimana ditunjukkan dalam eksperimen ini, kesediaan untuk terbuka, mendengarkan, dan berempati adalah bekal penting dalam perjalanan ini. Karena pada akhirnya, cinta tidak sekadar terjadi  pada Anda. Anda dan pasangan lah yang dengan segenap kesadaran memilih untuk menghadirkan cinta, dan selalu menghadirkannya.

Sebagai informasi, jika tertarik menjajal eksperimen ini, Anda dan pasangan terkasih Anda akan memerlukan tempat duduk yang nyaman dan waktu sekitar 90 menit. Selamat mencoba.

[Wicaksono Adi/muslimfamilia.com]
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment