Menikah tidak hanya urusan perayaan, tetapi juga menjalani hidup berdua untuk membentuk sebuah keluarga. Oleh karena itu, memutuskan untuk menikah bukanlah perkara yang mudah. Persiapan jasmani dan rohani calon pasutri harus benar-benar matang. Apa saja yang harus dilakukan untuk membentuk keluarga yang harmonis dan bahagia?
Komitmen
Ketika dua insan memantapkan hati untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, sebaiknya mereka membuat komitmen atau kesepakatan. Komitmen tersebut dapat dijadikan bekal agar perjalanan biduk rumah tangga tidak menemukan hambatan di kemudian hari.
Komitmen sebaiknya dibicarakan dengan serius sebelum menikah. Tidak hanya membicarakan hal-hal menyenangkan, namun diskusikan juga kemungkinan menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan dalam hidup berumah tangga. Sehingga ketika sudah "terikat" tidak kebingungan atau kaget.
Komitmen kesetiaan
Komitmen untuk setia menjadi hal terpenting yang harus dibicarakan. Kedua belah pihak harus berikrar setia untuk tidak selingkuh. Mengingat poligami diperbolehkan dalam Islam, harus dibicarakan juga kemungkinan ke arah itu. Apakah si lelaki akan setia hanya dengan satu istri atau berniat melakukan poligami. Semua itu harus dibicarakan secara serius mengingat tidak semua perempuan bersedia dimadu.
Tujuan keluarga
Tetapkan tujuan agar jelas kemana akan berjalan. Dalam Islam, tujuannya adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Pembagian peran dan tanggung jawab
Pembagian ini haruslah jelas dan adil Jangan sampai ada ketimpangan yang menyebabkan salah satu pihak merasa terbebani.
Merencanakan keturunan
Rencana untuk memiliki keturunan juga harus dibicarakan secara serius. Mulai dari jumlah anak yang diinginkan, sampai pendidikan yang akan diterapkan.
Tempat tinggal
Kesepakatan tentang di mana akan tinggal setelah menikah juga tak kalah penting untuk menjaga kenyamanan kedua belah pihak. Apakah pasangan suami-istri akan tinggal berbaur di rumah orangtua atau mau mandiri dengan tinggal di rumah sendiri atau mengontrak.
Pengaturan uang
Kedua belah pihak harus sepakat mengenai siapa yang akan mengatur keuangan keluarga nantinya, istri atau suami. Karena dalam sebuah pernikahan, ada dua orang yang terlibat, jadi komitmen harus dibuat berdasarkan keingian keduanya. Jangan sampai ada salah satu pihak merasa terpaksa menjalaninya.
Kematangan kedua pribadi dalam berkomunikasi dan membuat komitmen berdasarkan kesepakatan bersama sangatlah penting. Jangan sampai ada pribadi yang otoriter, ini untuk mencegah terjadinya sikap saling menyalahkan di kemudian hari bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Komunikasi
Komunikasi adalah hal penting yang harus dijaga agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bermuara pada terjadinya konflik. Dalam sebuah keluarga, komunikasi sebaiknya berjalan dua arah, jangan sampai ada yang agresif dan ada yang pasif.
Sikap agresif salah satu pasangan membuat pasangan yang lain cenderung pasif. Ini bisa sangat membahayakan. Tapi kalau sampai itu terjadi, hadapilah dengan bijaksana. Untuk mengatasai hal itu kemampuan komunikasi harus diasah. Kedua belah pihak harus belajar mengungkapkan perasaannya. Orang yang agresif harus mengungkapkan dengan bahasa halus yang tidak menyakiti. Dan orang yang pasif belajar untuk mengungkapkan perasaannya.
Dengan komunikasi dua arah, rumah tangga akan terasa lebih tenteram karena tidak ada yang merasa menindas dan ditindas. Komunikasi yang lancar antara pasutri juga dapat meminimalisir pengaruh eksternal yang bisa berdampak negatif dalam perjalanan rumah tangga.
Konflik
Konflik bisa terjadi ketika ada kepentingan yang berbenturan. Konflik seringkali tidak dapat dihindari, tapi bisa dikurangi agar tidak menjadi lebih besar. Ketika mulai ada bersitegang antara pasutri, mulailah dengan meredam emosi dan temukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. Setelah menemukan waktu yang tepat, tentukan bahan diskusi agar pembicaraan dapat mencapai sasarannya.
Kalau konflik sudah menjadi lebih besar serta komunikasi dengan pasangan tidak dapat menemukan jalan keluarnya, disarankan agar pasangan suami-istri melibatkan orang ketiga yang bisa menjadi penengah. Orang tersebut haruslah berkompeten, bijaksana, dan tidak memihak. Namun, pasutri harus tetap berhati-hati dalam memilih orang ketiga walaupun itu adalah keluarga sendiri. Jadi kalau tidak ada orang yang dianggap berkompeten, sebaiknya mintalah bantuan pada psikolog.
Kerja sama
Pernikahan melibatkan dua orang, oleh karena itulah dibutuhkan kerja sama yang solid untuk mencapai tujuan keluarga yang sudah direncanakan. Kerja sama bisa dilakukan dalam segala hal, mulai dari beban ekonomi, mengasuh dan mendidik anak, bahkan tugas rumah tangga.
Jangan terlalu kaku dalam menerapkan aturan siapa yang harus bertanggungjawab atas apa. Dalam tugas mengurus anak misalnya, jangan membebani tugas mengasuh dan mendidik anak hanya pada ibu, tapi ayah juga harus memiliki peranan. Tapi tetap harus ada yang menjadi key person dalam hal ini. Kerja sama yang baik akan menjadikan pasangan lebih kompak dalam menghadapi cobaan.
Nah, bagi Anda yang sedang bersiap melaju ke pelaminan, siapkanlah segala sesuatunya dengan baik agar memiliki keluarga yang bahagia tidak hanya menjadi impian. [Rahmi Fitriani. Hasil wawancara dengan Sani B. Hermawan, Psi/Anggun/muslimfamilia.com]
0 comments:
Post a Comment