latest Post

Bekerja atau Full Time di Rumah, Ibu Tetaplah Madrasah Pertama dan Utama Bagi Anak

Ibu madrasah pertama dan utama bagi anak

Beberapa waktu yang lalu pernah ramai pembahasan tentang menjadi ibu full time atau menjadi ibu sambil bekerja. Alhamdulillah sampai detik ini, saya masih diberi nikmat untuk bisa menjadi ibu yang full time di rumah.

Meskipun kadang masih gelisah untuk cari-cari lowongan dan melamar kerja, sibuk cari info beasiswa dan mendaftar beasiswa untuk lanjut studi, serta tidak ketinggalan untuk mencoba bisnis online di rumah. Ujung-ujungnya, tidak ada satu pun yang berhasil saya lakukan: kerja, lanjut studi, atau bisnis. Tapi saya yakin, inilah skenario terbaik dari Allah untuk saya.

Sebenarnya saya percaya, perempuan-perempuan yang ditakdirkan Allah untuk menerima amanah seorang anak, pasti punya keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Allah Yang Maha Benar tidak mungkin salah pilih atau main-main dalam memilih perempuan yang akan dititipkan seorang hamba (anak) kepadanya.

Hanya saja, keadaan tiap ibu memanglah berbeda-beda. Tidak bisa disamakan dan dibandingkan antara seorang ibu dengan ibu yang lain. Seperti kasus ibu bekerja. Saya pernah melihat dan mendengar bahwa ada ibu yang bekerja karena memang sang ibu menjadi satu-satunya pencari nafkah di keluarganya (karena suami ternyata tidak bertanggung jawab, sakit berat sehingga tidak mampu bekerja, sudah meninggal, atau karena sudah bercerai). Lebih baik kita bersyukur dengan keadaan masing-masing, dan berprasangka baik dengan semua ibu, baik yang bekerja ataupun tidak.

Apapun kondisinya, sebenarnya bukan hanya “full time”-nya yang jadi patokan, tapi kualitas “time”-nya. Jangan sampai secara fisik memang  full bersama anak, tapi pikirannya ternyata kemana-mana (tidak memperhatikan anak), sibuk buka-buka facebook, sibuk gosip di grup WA, dll. Kenikmatan berupa kesempatan bisa "full" bersama anak, tidak dimanfaatkan dengan "full" untuk mengajarinya kebaikan.

Boleh jadi ibu yang full time di rumah justru memiliki quality time lebih sedikit dibanding ibu yang bekerja. Sebaliknya, ibu yang bekerja memiliki quality time yang lebih banyak dari ibu full time. Siapa tau dengan berkurangnya waktu bersama anak menjadikan ibu yang bekerja lebih menjadikan waktu bersama anak menjadi waktu yang betul-betul berkualitas.

Apapun itu, saya hanya mau menyampaikan bahwa menjadi ibu full time atau sambil kerja, seorang ibu tetaplah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Bukankah kita ingin jika semasa hidup kita, kita akan memperoleh bonus pahala yang berlipat, bahkan tanpa kita mengerjakannya (karena anak kita mengamalkan kebaikan yang kita ajarkan, sehingga kita turut memperoleh pahala juga)? Atau nanti saat kita meninggal, pahala kita tetap mengalir alias punya “passive income akhirat” (karena ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shalih adalah amal jariyah)?

Manfaatkanlah nikmat amanah dari Allah sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak kita. Jadikan anak sebagai “investor akhirat” kita. Tidak usah tinggi-tinggi, ambil dasarnya saja; jadilah yang pertama mengajarkan Rukun Islam, Rukun Iman, huruf hijaiyah, akhlak baik, dan apa saja semampu kita.

Bayangkan berapa banyak pahala yang kita panen setiap anak kita beriman pada Allah?

Berapa banyak pahala yang kita panen setiap anak kita mengerjakan sholat, puasa, zakat, dan haji kelak?

Berapa banyak pahala yang kita panen setiap anak kita mengaji?

Berapa banyak pahala yang kita panen setiap anak kita mengamalkan akhlak baik yang kita ajarkan?

Semua tentunya atas izin Allah, oleh karena itu perbanyaklah berdoa agar Allah mengizinkan dan memberi kemampuan bagi kita untuk melakukan peran kita sebagai ibu, bagaimanapun kondisi kita saat ini. Memanglah hanya Allah yang berhak memberi pahala, tapi kita pun boleh berharap mendapatkan pahala dari-Nya.  Masalah niat dan keikhlasan, kembali pada masing-masing.

Saya pribadi akan merasa rugi sekali jika anak yang saya kandung 9 bulan, yang saya lahirkan dengan sakit tak terkira, yang saya susui selama dua tahun lamanya, yang saya mandikan dan bersihkan kotorannya setiap buang air, saya suapi setiap hari, dll, ternyata ketika di akhirat kelak, justru orang lain yang memanen pahala dari anak saya. Karena dialah yang pertama kali mengajarkan anak saya tentang Rukun Islam,  Rukun Iman dll).  Lalu saya mau bertanggung jawab bagaimana di hadapan Allah kelak atas amanah saya sebagai seorang ibu?

Sungguh, bagi seorang ibu, berkhidmat mendidik anak di rumah adalah kesempatan dan nikmat yang besar untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya.

Akhir kalam, tulisan ini adalah pengingat untuk saya pribadi. Jika ada kesilapan dalam tulisan ini, datangnya dari saya. Mohon dinasehati dengan bijak. Semoga Allah senantiasa memberkahi, dan memberi hidayah bagi kehidupan kita. Amin. (Rahmawati/muslimfamilia.com)

Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment